Pencegahan Katarak dengan Penyuluhan Kesehatan dan Deteksi Dini Kejadian Katarak pada Nelayan Pesisir Daerah Kawal Pantai Bintan Kepulauan Riau
DOI:
https://doi.org/10.54082/jamsi.761Kata Kunci:
Faktor Resiko Katarak, Kesehatan Nelayan, Penyuluhan KesehatanAbstrak
Katarak masih menjadi penyebab utama kebutaan di seluruh dunia. Secara global, dari 1,1 miliar orang dengan gangguan penglihatan, sekitar 100 juta orang menyandang katarak (17 juta di antaranya sampai alami kebutaan). Sementara di Indonesia, Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (PERDAMI) menyebut bahwa pada 2017 terdapat 8 juta orang dengan gangguan penglihatan (termasuk 1,6 juta kasus kebutaan). Dari angka kebutaan tersebut, sekitar 1,3 juta atau 81,2 persen diakibatkan oleh katarak. Katarak merupakan penyebab terbanyak kebutaan. Masalah katarak merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering terjadi di masyarakat pesisir pantai. Katarak dapat terjadi karena beberapa faktor yaitu usia, jenis kelamin, pekerjaan, genetik, penyakit sistemik (seperti diabetes), merokok, trauma, obat-obatan, paparan sinar UV, dan mengkonsumsi alcohol. Pengabdian masyarakat dilakukan di daerah kawal pantai, jumlah 40 nelayan dengan penyuluhan kesehatan dan pemeriksaan faktor resiko katarak. Hasil pengabdian masyarakat ini telah dilakukan penyuluhan kesehatan tentang resiko terjadinya katarak pada nelayan masyarakat pesisir Bintan. Saat pendidikan kesehatan dilakukan, peserta yang mengikuti kegiatan ikut aktif dalam kegiatan Pendidikan kesehatan dan pengobatan, kegiatan ini juga sangat didukung oleh pihak puskesmas, lurah ataupun RW RT setempat. Pendidikan kesehatan diharapkan dapat, mempengaruhi perilaku masyarakat yang berhubungan dengan tujuan hidup sehat baik secara individu, kelompok maupun masyarakat, dan inline dengan program puskesmas yang berhubungan dengan penyakit tropis dan degenerative.
Referensi
Awopi, G., Wahyuni, T. D. dan Sulasmini. (2016), ‘Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Katarak di Poliklinik Mata Puskesmas Dau Kabupaten Malang’, Nursing News, vol. 1, pp. 550–556
Andriyani, Ratih. (2011). Bahaya Merokok. ed. Bambang Wijanarko. Jakarta: PT. Sarana Bangun Pustaka.
Badan Pusat Statistik, (2020). Potensi Wisata Di Pulau Bintan.
Cahyawati dan Budiono, (2018). faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian dermatitis pada nelayan. Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang, Indonesia
Cameron. (2006). Fisika Tubuh Manusia Edisi 2. Jakarta: EGC.
Darmadi. (2007). Hubungan Kebiasaan Merokok, Konsumsi Alkohol, Dan Paparan Sinar Matahari Dengan Kejadian Katarak Di Kabupaten Sintang Propinsi Kalimantan Barat. Jurnal ETD. Yogyakarta. Universitas Gadjah Mada.
Emma, Septian et al. (2020). “Education of Household Free Smoking Cigarette.” 5(1).
Gupta VB, Rajagopala M, Ravishankar B. (2014). Etiopathogenesis of cataract: an appraisal. Indian journal of ophthalmology. 62(2):103.
Gong, Y., Feng, K., Yan, U., Xu, Y., Pan, C.W. (2015). Different amounts of alcohol consumption and cataract: a mete-analysis. China: Medical college of Soochow University, Suzhou. Akses di https://www.ncbi.nlm.nih.gov/p ubmed/25785534
Hutaruk, A. J. & Siregar, R. S. (2017). Katarak 101 Jawaban atas pertanyaan anda. Jakarta:PT. Gramedia Pustaka.
Ilyas, S (2014), Ilmu Penyakit Mata, Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Kementrian Kesehatan RI. (2014). INFODATIN Situasi Gangguan Penglihatan Dan Kebutaan. Jakarta.
Kementerian kesehatan RI. (2019). Infodatin Penglihatan. Jakarta. Pusat Data dan InformasiKementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kementrian Kesehatan RI. (2017). “Hidup Sehat Tanpa Rokok.” In Germas, Jakarta: Direktorat Jendral Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular, 6–9.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2021). “Katarak Penyebab Terbanyak Gangguan Penglihatan di Indonesia” https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20211012/5738714/katarak-penyebab-terbanyak-gangguan-penglihatan-di-indonesia/
Laila, A. (2017). Analisis Faktor-Faktor Risiko Kejadian Katarak di Daerah Pesisir Kendari. RSUP Bahteramas. Vol 4, No 2,.
Leisan, Aditya Prasetyo. (2016). “Hubungan Merokok Dengan Kejadian Penyakit Katarak Presenilis Di Rumah Sakit Khusus Mata Provinsi Sumatera Selatan.”
Melissa, (2010). Hubungan antara Pemaparan Sinar Ultra Violet B pada mata dan Proses Pembentukan Katarak. Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya, Jakarta Utara, Indonesia.
Rahmadayanti, (2017). Faktor Risiko Gangguan Akibat Penyelaman pada Penyelam Tradisional di Karimunjawa Jepara. JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 5, Nomor 1, Januari 2017 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
Joan Sherlone, Budiman, (2017). Gambaran Hasil Tajam Penglihatan Pasca-Bedah dan Komplikasi Selama Bedah Fakoemulsifikasi pada Pasien Katarak Seninilis dengan Miopia Aksial Tinggi di PMN RS Mata Cicendo Periode Januari - Desember 2017
Tamansa, G. E., Saerang, J. S. M. & Rares, L. M. (2016). Hubungan Umur dan Jenis Kelamin dengan Angka Kejadian Katarak di Instalasi Raat Jalan (Poliklinik Mata). Jurnal Kedokteran Klinik
Tana, L. (2006). Faktor Resiko dan Upaya Pencegahan Katarak pada Kelompok Pekerja. Vol XVI No 1 2006.
The International Agency for the Prevention of Blindness (IAPB). (2020). “NumberAffectedby Vision Loss, Global”. https://www.iapb.org/learn/vision-atlas/causes-of-vision-loss/
Yunaningsih, Ayu, and Karma Ibrahim. (2017). “Analisis Faktor Risiko Kebiasaan Merokok, Paparan Sinar Ultraviolet Dan Konsumsi Antioksidan Terhadap Kejadian Katarak Di Poli Mata Rumah Sakit Umum Bahteramas Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017.” Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat 2(6): 1–9. http://ojs.uho.ac.id/index.php/index/index.
Unduhan
Diterbitkan
Cara Mengutip
Terbitan
Bagian
Lisensi
Hak Cipta (c) 2023 Liza Wati, Utari Yunie Atrie, Linda Widiastuti, Yusnaini Siagian, Soni Hendra Sitindaon, Meily Nirnasari, Ummu Fadilah

Artikel ini berlisensi Creative Commons Attribution 4.0 International License.